Saya tidak tahu siapa orang Aceh pertama yang membuka akun Steemit. Jika Anda tahu dan mengenalnya, sampaikan salam saya kepadanya.
Sejak awal bergabung di Steemit, saya menyimak postingan-postingan yang membuat mata saya terbelalak. Saya harus membaca postingan-postingan tersebut melalui bantuan Google Translate. Belum banyak postingan-postingan yang berupa foto saat itu. Rata-rata postingan berupa artikel-artikel.
Ketika beberapa Steemian Aceh mulai rajin membagikan postingan di Steemit, saya mulai melihat pola-pola baru. Salah satu yang banyak bermunculan adalah jenis fotografi alam. Saya ingat, rata-rata postingan tersebut menceritakan keadaan dan kondisi alam dari tanah Aceh. Sebelumnya saya tidak menemukan postingan seperti ini di Steemit. Itu pengamatan saya. Mohon maaf jika terdapat kesalahan.
Berminggu-minggu kemudian, saya melihat beberapa postingan para Steemian luar yang mulai mengikuti pola-pola postingan orang Aceh. Macrophotography mulai rajin berlalu-lalang di lini masa Steemit.
Beberapa Steemian dari luar takjub terhadap postingan-postingan alami dari Steemian Aceh. Meskipun tidak semua postingan tersebut berkualitas, tapi saat itu, mereka tetap memberikan apresiasi yang luar biasa.
Tapi perlahan-lahan, munculnya Steemian baru yang mengambil jalan pintas telah menyebabkan petaka bagi kita. Banyak postingan-postingan mereka yang mulai rajin didatangi Cheetah dan Steemcleaners. Kami berupaya memerangi kecurangan tersebut untuk mengembalikan marwah dan martabat Aceh. Tapi apalah daya! Mereka tak mementingkan martabat dan harga diri, hanya harga perut yang dipikirkan.
Steemit terus berkembang dari satu meja kopi ke meja kopi yang lain. Kami gencar melakukan promo dan mengingatkan tentang pentingnya aturan-aturan lurus yang harus dipatuhi oleh Steemian baru.
Kami melakukan meetup-meetup tanpa harus memamerkan kepada orang-orang. Kami juga tidak berkampanye layaknya politikus-politikus pada musim seumeuengeuet tentang hebatnya partai ini atau komunitas itu. Semua yang kami lakukan hanyalah berbagi ilmu dan saling terbuka.
Kami menuntun Steemian baru untuk tetap menjaga originalitas sebuah postingan. Kami menjunjung kreatifitas-kreatifitas baru. Dalam kamus kami, postingan yang telah kami bagikan, tidak akan kami bagikan kembali pada bulan-bulan berikutnya.
Inilah Steemit yang dulu saya pahami: tentang rasa, tentang harga diri, tentang kebersamaan, tentang kejujuran, tentang rasa hormat, dan tentang saling berbagi.
Dari Aceh, Steemit mulai bersemi. Barangkali juga, di sini ia akan gugur.