Ini pertama kalinya aku ngopi di sigli.
Ngopi di salah satu deretan tempat hangout yang jumlahnya tak terkira sekarang. Tak terkira dibandingkan dulu, tahun 90-an ketika hidup aku memang cuma di Sigli saja.
Ajaib, sejak diputuskan pindah for good ke kota sebelah yang jaraknya cuma 2 jam-an, aku justru makin rajin pulang. Sayangnya, pulang tanpa ada tempat yang bisa diinapi, disinggahi beberappa malam. Berasa sekali di lebaran ini, biasanya menjelang lebaran aku dan kakak mulai merencanakan kepulangan walaupun hanya 2-3 hari, merencanakan apa saja yang akan kita lakukan selama di kampung kelahiran, kali ini justru tidak sama sekali. Bahkan aku tetap lebaran di kost-an. Itu mungkin lebih menyedihkan ya :D
Hari kedua lebaran, out of nowhere kita memutuskan untuk main ke Takengon, main sekaligus mengunjungi besan yang berasal dari kabupaten nan dingin itu. Sigli, bahkan tak menjadi kota persinggahan untuk sekedar ngopi santai 1-2 jam. Baru ketika dalam perjalanan pulang, itupun tidak dalam list daerah peristirahatan sementara sebelum melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh.
Siang itu, aku masih di Bireun waktu itu, masih dengan rencana akan ngopi dengan Fakhri si asoe lhoek. Kubuka pesan yang jumlahnya sudah ratusan di messenger, salah satunya dari grup KSI Banda Aceh. Ada yang mengirim kabar sedang menikmati coklat di Soccolate di Pidie Jaya. Lokasinya hanya 1 jam-an dari kampung ibu, tiap tahun melewati tempat ini dengan harapan akan berhenti sejenak, tapi tak pernah terealisasi. Keluarga besar kurang suka dengan tempat yang pengunjungnya bejibun banyaknya. Tak lama kemudian, kiriman foto lainnya, jumlah pasukan semakin bertambah. Asik sekali, pikirku.
Ketika ngopi dengan Fakhri terpaksa dibatalkan, makin bad mood saja jadinya. Ngopi di Bireun batal, di Pijay gak usah diharap, di Sigli apa lagi. Eh gak taunya, melewati Pijay, si abang ipar mulai kelelahan dan harus mencari tempat pemberhentian sejenak. Setelah melewati beberapa warung kopi yang masih buka menjelang maghrib itu, akhirnya diputuskan untuk berhenti di Taufik Kopi Sigli.
Begitu masuk ke Taufik Kupi, kulihat @riodejaksiuro berjalan keluar, bersiap-siap ke mesjid sepertinya. Masuk ke dalam, aku bertemu @rezaacoi yang sedang sibuk dengan gawainya. Langsung teringat atok @rismanrachman dengan ekspresi seriusnya megang gawai ketika membuat sebuah tulisan haha. Sekilas sempat lihat beberapa steemian lainnya, tapi karena kurang familiar dan lebih banyak menduga-duga benar tidaknya mereka Steemian juga, memutuskan untuk gak menyapa *laah. Selang beberapa menit, aku bertemu dengan purcel, kerabat yang sedang berleberan di Sigli. Darinya aku tau, bahwa yang duduk di meja sebelah adalah para steemian kece asal Pidie, kecuali abang iparku yang duduk bersama mereka tentunya. Oya, dari suhu @rezaacoi juga aku kemudian kenal langsung dengan steemian @jeulamei , namanya cukup familiar di salah satu grup ksi yang jumlahnya tak terkira itu.
Sempat pula kutanyakan beberapa nama steemian lainnya, sayangnya mereka muncul setelah aku berangkat balik ke Banda Aceh.
Well,
setidaknya keinginanku untuk sekedar mengunjungi kampung kelahiran, ngopi sejenak sambil menikmati malam di kota Sigli sudah terpenuhi, di libur lebaran kali ini.
Smoga kembali lagi di masa depan. *Halah, padahal Sigli cuma selemparan batu saja hahaa
Posted from my blog with SteemPress : http://www.rahmanovic27.com/2018/06/25/mahalnya-ngopi-di-sigli/