Terharu, ketika orang-orang terkepung oleh hubungan yang retak di media sosial lain, hadir media sosial yang memulihkan relasi sosial, dan media itu adalah steemit.

"Ya, komunitas adalah inti kekuatan kita di Steemit," kata saya kepada @razack-pulo yang terdorong untuk hadir dalam meetup KSI Chapter Banda Aceh, Sabtu (13/1) di Banda Aceh.
Bukan hanya @razack-pulo, rekan @dokter-purnama dan @bahagia-arbi juga menyatakan kesediaan untuk datang untuk bertemu dan berkumpul bersama di Banda Aceh.

aceHTrend
Begitu juga @jodipamungkas yang bersemangat datang dari jauh, Langsa. Bahkan kurator game ini mengajak 4 rekannya untuk ikut serta merasakan keindahan komunitas Steemit. Meetup hanya media, tapi di atas segalanya adalah jaringan persahabatan.
Dari seberang, @mariska.lubis juga berhasrat datang, juga dalam semangat rantai persahabatan. Jarak Bandung - Banda Aceh bukan lagi alasan. Baginya, pertemuan adalah cara mengungkap cinta paling indah kepada saudara steemiannya di Banda Aceh.
Jauh sebelumnya, rantai komunitas yang begitu kuat juga saya rasakan sendiri. Pada saat saya berada di Bireuen, rombongan steemian dari Lhokseumawe - Aceh Utara memilih datang ke Bireuen. Sedangkan kawan-kawan di Bireuen menyambut dengan antusias. @rayfa, @teukumukhlis, @jumaidafajar @abduhawab juga menyempatkan diri bertemu kala berada di Banda Aceh. Hari ini Steemian tampan @mukhtar.juned juga menyempat diri bersilahturahim padahal dirinya sedang sangat lelah.

Saya yakin ini bukan karena seorang Risman A Rachman. Saya belum siapa-siapa di Steemit. Jadi, ini pasti karena jiwa kebersamaan. Dalam rombongan itu juga ada kurator Indonesia @levycore yang baru pertama kali saya bertemu. Sosoknya sangat akrab dan sama sekali tidak membangun jarak.
Jauh sebelumnya kurator Indonesia @aiqabrago juga bersilahturahim bila sedang bertugas di Banda Aceh. Sama seperti @levycore sangat asyik diajak bicara dan sama sekali tidak kaku berkomunikasi. Asyik dan menggembirakan padahal baru pertama sekali bertemu.
Intinya, inilah komunitas yang sangat indah, sangat happy dan tidak pernah sekalipun ada perbincangan negatif apalagi menyerang bila berada di lingkungan steemians. Saya sangat enjoy berada di warung kopi Smea dan warung kopi Polem, dua tempat mangkal para steemian di Banda Aceh, dengan siapapun, yang tidak mungkin saya sebutkan namanya satu persatu.
Perbedaan pandangan tentu saja ada, bahkan bisa jadi juga ada perbedaan sikap. Tapi, selalu saja daya tarik untuk menjalin persahabatan lebih kuat. Komunitas betul-betul menjadi inti kekuatan bagi insan kreator konten di Steemit.

Kini, daya tarik komunitas ini mulai menerbangkan virus baik kemana-mana. Besok saya hadir di Forum Aceh Menulis (FAMe) untuk bincang-bincang tentang Steemit sebagai bagian dari KSI Chapter Banda Aceh. Karena ramai, FAMe berencana membuat dua gelombang pertemuan.
Dari rekan-rekan di Aceh Barat juga sudah memiliki jadwal mengundang saya untuk bertemu kurang lebih 100 orang penulis, 20 Januari 2018 di Kampus STAIN TDM. Jauh sebelumnya, kelompok mahasiswa dari Unsyiah, UIN Ar-Raniry dan Universitas Teuku Umar juga sudah bertemu untuk bincang-bincang tentang Steemit. Bahkan mahasiswa dari USIM Malaysia menggelar telekonferensi untuk belajar tentang Steemit.
Apakah daya tarik Steemit ada di rewardsnya? Bisa jadi iya. Tapi ada yang mesti dilihat lebih jauh dari sekedar rewards Steem - SBD yaitu ketika cryptocurrency telah menjadi jembatan bagi terbangunnya silahturahim dan toleransi, plus pencerahan dan kepedulian, sesuatu yang mulai tergerus di komunitas uang biasa. Sungguh, saya benar-benar terharu.
Di KSI Chapter Banda Aceh sendiri juga sangat kental persahabatannya. Tidak berjarak sama sekali, saling dukung mendukung dan saling berkerjasama, termasuk dalam menghadirkan post di Steemit. Ini semua turut didukung oleh @kemal13 yang sangat jenius dalam mengelola komunitas. Saya salut dengan anak-anak muda penuh kreatif, penuh talenta, tidak sombong meski sudah dibanjiri rezeki dari usaha keras mereka menjadi kreator konten. Saya yang sudah lebih tua, selalu saja menjadi muda lagi kala duduk bersama anak-anak muda di KSI Chapter Banda Aceh.

Jika sudah begini, lelah berkerja terhapus saat bertemu rekan-rekan Steemian. Berbeda sekali jika usai lelah berselancar di media sosial lain, begitu bertemu dengan konten penuh amarah, lelah pun bertambah. Sungguh saya beruntung ketika lima bulan lalu saya mendengar satu perbincangan yang menyebut satu nama, Steemit. Komunitas ini ibarat gelang cantik di tangan, dan kami tidak ingin melepaskannya. []