Hello steemit community
This female legislative candidate ensures that she is not just a complement to women's quota. The National Mandate Party (PAN) cadre, whose full name is Nurlaili Am Keb, has a special mission to advance as a candidate for members of the East Aceh DPRK.
Kandidat legislatif perempuan ini memastikan bahwa ia bukan sekadar pelengkap kuota perempuan. Kader Partai Amanat Nasional (PAN), yang bernama lengkap Nurlaili Am Keb, memiliki misi khusus untuk maju sebagai calon anggota DPRK Aceh Timur.
This young intellectual who is known for being friendly and has a high social spirit claims to be a candidate for the PAN Party Legislature in the 2019 Election on the basis of careful consideration. "The preparation has been very mature and I have a special mission if I later get the people's mandate as a legislator," said the alumnus of the East Aceh Bunga Bangsa Midwifery (Akbid) Academy.
Cendekiawan muda ini yang dikenal ramah dan memiliki semangat sosial yang tinggi mengaku sebagai kandidat untuk Legislatif Partai PAN dalam Pemilu 2019 atas dasar pertimbangan yang cermat. "Persiapannya sudah sangat matang dan saya memiliki misi khusus jika nanti saya mendapatkan mandat rakyat sebagai legislator," kata alumnus Akademi Kebidanan Bunga Bangsa (Akbid) Aceh Timur itu.
According to Nurlaili, various preparations have been made in pioneering the steps to reach the East Aceh Council seat. He came directly to the field first to meet residents in the electoral district I, namely Peudawa, East Idi, Idi Rayeuk, Darul Ihsan, Idi Tunong, and Banda Alam. "I have been doing this for a long time. In the midst of my activities as a midwife, I always go to villages to share with each other people who need a helping hand," said this sweet black woman.
Menurut Nurlaili, berbagai persiapan telah dilakukan dalam memelopori langkah-langkah untuk mencapai kursi Dewan Aceh Timur. Ia datang langsung ke lapangan terlebih dahulu untuk bertemu warga di daerah pemilihan I, yaitu Peudawa, Idi Timur, Idi Rayeuk, Darul Ihsan, Idi Tunong, dan Banda Alam. "Saya sudah melakukan ini sejak lama. Di tengah kegiatan saya sebagai bidan, saya selalu pergi ke desa untuk saling berbagi dengan orang lain yang membutuhkan uluran tangan," kata wanita kulit hitam manis ini.
Armed with his experience which has been struggling with the community, the woman who is familiarly called Elis brings three main missions to the parliament later. "Because I am a woman, I want to fight for the rights of women, children and the fate of temporary workers who have not been clear for years from the local government," said the 34-year-old native Acehnese woman.
Berbekal pengalamannya yang selama ini bergelut dengan masyarakat, wanita yang akrab disapa Elis ini membawa tiga misi utama ke parlemen nanti. "Karena saya seorang wanita, saya ingin memperjuangkan hak-hak perempuan, anak-anak dan nasib pekerja sementara yang belum jelas selama bertahun-tahun dari pemerintah daerah," kata perempuan Aceh berusia 34 tahun itu.
Elis also claimed to fight for proper education for all children in East Aceh Regency. He believes, with a quality generation, this nation will be more advanced in the future.
Elis juga mengklaim memperjuangkan pendidikan yang layak untuk semua anak di Kabupaten Aceh Timur. Ia yakin, dengan generasi yang berkualitas, bangsa ini akan lebih maju di masa depan.
If people get the trust to become a legislator, Nurlaili hopes that she can bring better change to the people in East Aceh Regency, especially electoral district I. The woman born on March 17, 1984 promised to be ready for the welfare of women and children's education, and try to solve the problems faced by honorarium workers in East Aceh Regency.
Jika orang mendapat kepercayaan untuk menjadi legislator, Nurlaili berharap bahwa dia dapat membawa perubahan yang lebih baik kepada orang-orang di Kabupaten Aceh Timur, khususnya daerah pemilihan I. Wanita yang lahir pada 17 Maret 1984 berjanji akan siap untuk kesejahteraan perempuan dan anak-anak pendidikan, dan mencoba menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pekerja honorer di Kabupaten Aceh Timur.
"In addition, I, as the PAN Candidate for the East Aceh Electoral District DPRK which represents the voice of women who wish to be able to fight to improve women's dignity and values, as exemplified by the Prophet Muhammad SAW," he said.
"Selain itu, saya, sebagai Calon PAN untuk DPRK Kabupaten Aceh Timur yang mewakili suara perempuan yang ingin dapat berjuang untuk meningkatkan martabat dan nilai-nilai perempuan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW," katanya.
During this time, according to him, women are a vulnerable group to be the object of violence, abuse and molestation. "I really want gender equality, rights and equality. So, discrimination that has happened so far must be eliminated, "Elis said.
Selama ini, menurutnya, perempuan adalah kelompok yang rentan menjadi objek kekerasan, pelecehan dan penganiayaan. "Saya sangat menginginkan kesetaraan gender, hak dan kesetaraan. Jadi, diskriminasi yang telah terjadi sejauh ini harus dihilangkan," kata Elis.
Nurlaili Am Keb is the second child of the late couple Tgk Muhammad Shaleh Teupin Batee (Kadi) and the late Rukiah who is also the grandson of the charismatic ulama of Aceh, Tgk H Hasballah who is familiarly called Abu Meunasah Kumbang Geudong, North Aceh. "My grandfather is also the grandfather of Tgk Ahmad Dewi. So, I am his cousin, "said Elis.
Nurlaili Am Keb adalah anak kedua dari almarhum pasangan Tgk Muhammad Shaleh Teupin Batee (Kadi) dan almarhum Rukiah yang juga merupakan cucu dari ulama karismatik Aceh, Tgk H Hasballah yang akrab disapa Abu Meunasah Kumbang Geudong, Aceh Utara. "Kakek saya juga kakek dari Tgk Ahmad Dewi. Jadi, saya adalah sepupunya," kata Elis.
As is known, Tgk Ahmad Dewi is a master speaker that Aceh once had. "His father is the sibling of my father (Muhammad Shaleh)," added the wife of Rimbaraya journalist, Iskandar Ishak.
Seperti diketahui, Tgk Ahmad Dewi adalah pembicara utama yang pernah dimiliki Aceh. "Ayahnya adalah saudara kandung ayah saya (Muhammad Shaleh)," tambah istri jurnalis Rimbaraya, Iskandar Ishak.
The Nurlaili and Iskandar have three children (two daughters and one son). "My first daughter was named Futhri Nur Rizqa (12) class 6 MIN Idi, and Ahmad Wahdani (9) grade 2 SDN 5 Idi, and the youngest daughter Futhri Nur Balqis (5) was still in Idi PAUD, East Aceh," he explained.
Nurlaili dan Iskandar memiliki tiga anak (dua putri dan satu putra). "Putri pertama saya bernama Futhri Nur Rizqa (12) kelas 6 MIN Idi, dan Ahmad Wahdani (9) kelas 2 SDN 5 Idi, dan putri bungsu Futhri Nur Balqis (5) masih di PAUD Idi, Aceh Timur," katanya dijelaskan.
Regarding the history of education, Nurlaili received all levels of education in East Aceh. Starting from SD 1 Damapulo, Darul Aman Subdistrict, then SMPN 1 Darul Aman District, MA Darussaadah Teupin Raya Branch Idi Cut Darul Aman Subdistrict, and Akbid Bunga Bangsa Idi Rayeuk.
Mengenai sejarah pendidikan, Nurlaili menerima semua tingkat pendidikan di Aceh Timur. Mulai dari SD 1 Damapulo, Kecamatan Darul Aman, kemudian SMPN 1 Kecamatan Darul Aman, MA Darussaadah Teupin Raya Cabang Idi Cut Kecamatan Darul Aman, dan Akbid Bunga Bangsa Idi Rayeuk.
As a person in the midwife profession, he had worked at the Idi Rayeuk Health Center and RSUD Dr. Zubir Mahmud Idi Rayeuk. "Insha Allah, if God wants me to go through the DPRK, of course the first thing I voice and fight for is welfare and benefit for women and children's education," he said.
Sebagai orang dalam profesi bidan, ia telah bekerja di Pusat Kesehatan Idi Rayeuk dan RSUD Dr. Zubir Mahmud Idi Rayeuk. "Insya Allah, jika Tuhan ingin saya melalui DPRK, tentu saja hal pertama yang saya suarakan dan perjuangkan adalah kesejahteraan dan manfaat untuk pendidikan wanita dan anak-anak," katanya.
Regards
Don't Delay Happy
Hi the Steemit community that I'm proud of, don't forget the Dao and its support to become a legislator.