Alhamdulillah berkesempatan berkunjung ke kota Banda Aceh, Ibukotanya provinsi Aceh yang terletak di ujung pulau sumatera. Provinsi Aceh di kenal sebagai daerah serambi Mekkah, hal tersebut tak terlepas dari faktor keislaman dan ketaatan dalam menjalankan agama. Pembangunan infrastruktur Aceh beberapa dekade yang lalu sempat terkendala, dengan alasan kondisi keamanan yang tak mendukung, sehingga pembangunan daerah tertinggal beberapa langkah dibandingkan dengan daerah lain. Berakhirnya kisah berdarah antara pemerintah dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ditandai dengan bencana terbesar yang melanda Aceh Abad ini. Bencana gempa dan tsunami telah memutuskan mata rantai pertikaian dan penderitaan yang tak berujung kedua belah pihak. Yang selama itu, mareka saling mencari celah dan kelemahan untuk saling bunuh.
Berakhirnya perseteruan atas nama kemerdekaan negeri yang di usung oleh GAM dan pemberontak oleh negara menjadi titik oenting bagi Aceh untuk memulai pembangunan daerahnya yang porak poranda akibat goyangan bumi dan siraman air laut yang maha dasyat yang aceh yang berada di pesisiran laut.
Nah teman teman sekalian, salah satu bukti dasyatnya tsunami adalah terseretnya kapal apung yang berda dermaga Ule Lheu terbawa sampai 5 kilometer ke daratan..

Kapal yang beratnya mencapai ratusan ton tersebut telah dijadikan sebagai monumen sebagai bukti kedasyatan gelombang tsunami yang pernah melanda Aceh pada tahun 2004 lalu.

Kapal tersebut kini telah menjadi tempat temoat objek wisata keluaga bagi warga baik yang berada di aeoutaran kota Banda Aceh maupun daerah lainnya di provinsi Aceh. Kapal apung ini bukti sejarah yang akan jita ceritakan pada anak anak kita nantinya. Semoga bermanfaat.