Photos with friends while traveling from gayo Lues to Kutacane.(Foto bersama teman saat perjalanan dari gayo Lues ke Kutacane)
MY TRIP
Perjalananku
Bukit-bukit dan lembah-lembah terhampar di depan mata. Gunung-gunung yang hijau menjulang tinggi ke langit yang biru. Udaranya sangat segar dan terasa dingin menyusup tulang. Suasana pegunungan begitu terasa dalam perjalanan ini.
This is my trip with friends from Banda Aceh to Kutacane. A trip of approximately 500 km. We stopped in several cities before reaching Kutacane, including: Bireun, Takengon, and Gayo Lues.
Ini adalah perjalanan saya bersama teman-teman dari Banda Aceh ke Kutacane. Sebuah perjalanan lebih kurang 500 km. Kami singgah di beberapa kota sebelum sampai Kutacane, diantaranya: Bireun, Takengon, dan Gayo Lues.
This trip is so fun. We can see a lot of things, because the journey is relaxed. The tortuous mountain road makes vehicles unable to walk fast. I really enjoyed seeing the green mountains and coffee gardens in Central Aceh.
Perjalanan ini begitu menyenangkan. Kami bisa melihat banyak hal, karena perjalanannya memang santai. Jalanan gunung yang berliku-liku, membuat kenderaan tidak bisa berjalan cepat. Saya sangat menikmati melihat pegunungan yang hijau dan kebun kopi di Aceh Tengah.
The view along the journey of Central Aceh goes to Kutacane. (Pemandangan sepanjang perjalanan Aceh Tengah menuju ke Kutacane)
Mountain views along Central Aceh journey to Kutacane. (Pemandangan gunung sepanjang perjalanan Aceh Tengah menuju ke Kutacane)
Takengon
Takengon merupakan Ibukota Aceh Tengah. Daerah ini berada di kawasan pegunungan, dan iklimnya dingin. Sepanjang perjalanan dari daerah ini ke Kutacane saya hanya melihat hutan pinus, kebun kopi dan kebun rakyat.
We spent the night in Takengon for one night. We want to witness the atmosphere of Laut Tawar lake at night. The next day we left for Kutacane. A new experience while staying in a cold city.
Kami bermalam di kota Takengon untuk satu malam. Kami ingin menyaksikan suasana danau Laut Tawar di malam hari. Besoknya kami berangkat menuju Kutacane.Sebuah pengalaman baru saat bermalam di kota yang dingin.
The journey was long and tiring, but we enjoyed it. We stopped at a friend's place to drink coffee and see his coffee garden. He has succeeded in growing arabica coffee. The coffee stalks are fertile and have been fruitful, soon ready to be harvested.
Perjalanan panjang dan melelahkan, namun kami menikmatinya. Kami singgah di tempat teman untuk minum kopi dan melihat kebun kopinya. Dia sudah berhasil menanam kopi arabica. Batang kopi yang subur dan sudah berbuah, sebentar lagi siap dipanen.
Arabica coffee stems in Takengon, Central Aceh.(Batang kopi arabica di Takengon Aceh Tengah)
Photo with Bang Armia and Haji Dahlan in the Garden of Arabica Coffee in Central Aceh. (Foto bersama bang armia dan Haji Dahlan di Kebun kopi arabica di Aceh Tengah)
End of Travel
Akhir Perjalanan
Kami berangkat dari Takengon sekitar jam 10 pagi ke Kutacane. Kami berjalan santai. Jalanan di pegunungan banyak tingkungannya. Kami berangkat sebanyak 6 orang dengan 2 mobil. Kami makan siang dan istirahat di Gayo Lues.
We departed from Gayo Lues to Kutacane at 2pm. The weather was a bit cloudy, and there was only rain last night. Finally at 7pm we arrived at Kutacane. This city is the first time I stopped.
Kami berangkat dari Gayo Lues ke Kutacane pada jam 2 siang. Cuaca agak sedikit mendung, dan semalam baru terjadi hujan. Akhirnya pada jam 7 sore kami sampai di Kutacane. Kota ini baru pertama kali ku singgahi.
Setiap perjalanan pasti ada yang kita lihat dan kita saksikan. Pengalaman diperjalanan sangat berguna bagi kita untuk menambah pengetahuan. Budaya yang berbeda adalah hal menarik. Saya sangat suka menyaksikan hal-hal berbeda dan baru.
