Wajah politik aceh sungguh sangat ironis tidak mengenal kawan. Demi sebuah kekuasaan dan segopok uang berbagai cara dilakukan. Walau itu teman seperjuangan politik jilat dengan jurus melipat mereka keluarkan.
Ermiadi adalah salah seorang anggota DPRA dari dapil Lhokseumawe dan aceh utara menjadi sasaran politik jurus penjilat. Ermiadi adalah ketua dari komisi I di DPRA namun belum satu tahun menjabat sebagai ketua komisi kini di lengserkan.
Mungkin jabatan ini basah di saat adanya pemilihan komisioner independen pemilihan (KIP). Karena pada saat penentuan KIP adalah urusan akhir komisi, sehingga ada dugaan untuk lolos menjadi KIP itu harus ada deal-deal rupiah.
Ermiadi adalah sosok yang tidak menyukai hal - hal yang berbau rupiah karena itu masuk dalam ranah penyuapan. Sehingga posisinya dialihkan ke komisi lain. Mungkin ada sangkut pautnya dengan pergub APBA karena tidak ada lagi dana aspiri untuk dewan di tahun ini. Maka jalan lain untuk mencari rupiah adalah dengan jalan melakukan yang di larang oleh KPK.
Akibat dari itu seorang kader terbaik dan masih energik karena masih muda di buang dari kontes perekrutan KIP aceh. Hendra fauzi adalar kader terbaik untuk saat ini karena pada saat KPU RI ingin merekrut sendiri KIP Aceh tanpa melibatkan DPRA. Maka Hendra Fauzilah yang berani mengajukan yudicial review ke mahkamah konstitusi. Dimana keinginan KPU bertententangan dengan UUPA, sehingga Hendra Fauzi berani ke MK walau dia sebagai pelaksana.
Namun kesetiaan dan keberaniannya membela marwah Aceh hanya di pandang sebelah mata oleh mereka yang bernafsu serakah. Mungkin hendra fauzi melakukan gugatan ke MK tidak menguntungkan bagi mereka. Sehingga jasa dan kesetian seorang hendra fauzi terhadap aceh tidak begitu berhaga di mata mereka. Karena kesetian dan jasa akan kalah oleh nafsu serakah.
Bukan hanya itu, sebelumnya pada perekrutan komisi penyiaran indonesia (KPI) juga mereka memainkan perannya. Dimana 2 kader juga jadi tumbalnya. Kedua kader tersebut tidak lolos pada perekretan KPI, padahal kedua kader tersebut selalu bersama dan setia setiap saat mendapingi mereka. Namun apadaya keserakahan membuat hati mereka buta sehingga orang yang selalu bersamanya di singkirkan juga. Dua kader tersebut adalah bung feri dan bung ahkyar yang menjadi korban keserakahan. Entahlah aku jadi gagal paham dengan politik si mereka itu.