Istilah "Bu Prang" hanya ada di Aceh. Bu prang merupakan nasi yang dibungkus dalam ukuran kecil. Biasanya di letakkan di warung kopi untuk dijual. Bu prang disajikan sebagai sarapan sekunder. Sering diperlukan saat dalam perjalanan, sekedar menyuplay energi mengisi kekosongan lambung agar tidak masuk angin. Bu prang sering dinikmati bukan pada jadwal makan. Atau sering pula disantap pada waktu pagi sebagai pengganti kue.
Saya tidak tahu asal usul penyebutan "bu prang". Bu prang sendiri, ditinjau dari susunan kata berarti nasi perang. Terdengar aneh, tapi ini yang terjadi. Lebih jauh penggunaan kata "perang" dalam bahasa Aceh sering juga dipelesetkan dengan pengertian dalam situasi tanggap darurat. Mungkin penamaan "bu prang" dikarenakan penyajiannya yang bersifat instan, dapat dinikmati secara cepat.