Hallo sahabat stemeans, postingan saya x ini tentang pudar nya budaya Aceh akibat hadirnya zaman modern
Tidak ada beda hari libur biasa dengan libur Idul Fitri. Jika di hari libur biasa masyarakat berdesakan memenuhi destinasi wisata spt laut, kolam renang, kuliner dll, begitupun saat libur hari raya. Tetap berpergian ke laut
Sadar atau tidak, jika kebiasaan berwisata saat lebaran dijadikan budaya, maka yakinlah beberapa tahun ke depan makna lebaran tak lagi sesakral saat ini, dia tak lebih sekedar hari libur biasa yang kegembiraannya biasa saja. Tak ada lagi nilai spritual yang melekat di dalamnya
Sepatutnya lebaran dijadikan ajang untuk bersilaturahmi, mengunjungi sanak famili, tapi saat ini kepatutan itu mulai raib tergerus dengan indahnya lautan. Hana lee acara jak bak nyak wa, cut po, mabit, cut kak, cut adek, mi syiek, tgk apa, ampon wa, ampon bit, dll. Silaturahmi cukup di hari pertama lebaran dengan keluarga inti, setelah selfi selesai, maka silaturahminyapun usai, hana perle lee jak bak wali dan karong. Sabab kana laot yang ganto wali ngen karong.
Sdh bbp kali lebaran saya meupep2 melihat kondisi seperti ini. Bagaimana tidak, selaku perempuan yang masih tergolong muda, dan sangat mencintai Aceh, saya sangat khawatir akan tenggelamnya sebuah adat istiadat yang telah melekat dan menyatu dengan darah keacehan saya. Saya khawatir suatu masa silaturahmi akan dianggap hal yang tak perlu dan cukup dilakukan sebatas komen2 di FB saja. Hama penteng lee bertatap muka, yang peteng di dunia nyata nyan na keh jak u laot
Kemarin, lebaran ke 3 tepatnya, saya mengunjungi 4 kampung dalam 2 kecamatan, ke 4 boh gampong tersebut terlihat sepi, jauh dari suara tembakan peluru mainana para bocah, jauh dri hiruk pikuk kenderaan yg lalu lalang, pintu2 rumah penduduk rata2 tertutup. Saat saya bertanya, mereka berkata "kabeh dijak u laot dum ureng hai k cut pucoek hai". Ternganga mulut saya, terfikir dalam diam, ini lebaran atau liburan spt hari2 biasa?.
Masa saya kecil dulu, yg ke laut atau ke tempat wisata hanya dilakonkan oleh anak2 muda, tapi zaman now, tuha muda, chiek putik, anek manyak sare mandum, santet akai dan saban cara seumike.