Last year I had the opportunity to visit one of the relatively new natural tourist destinations in my city, precisely in one of the sub-districts of a neighboring district not far from my domicile city, Kuta Makmur district, North Aceh.
Rayap Waterfall, I don't know for sure why this waterfall is called Rayap, because Rayap is a type of insect that usually consume wood and paper.
It is different from the "Me-rayap" vocabulary, which means lateral or one-way homo movement. Left hand forward, left foot forward. Whether these two words have a correlation with this waterfall I also don't know for sure.
However, the panorama presented in this nature tourism is still very natural, the water flows between the rocks formed by natural processes and the atmosphere is still very beautiful.
The problem that arises is that when a tourist destination opens and invites local tourists, rubbish starts to maze everywhere and becomes a new problem. Lack of regulations applied in the management of tourist attractions made these destinations end tragically; garbage everywhere and can damage the natural environment.
BAHASA
Tahun lalu saya berkesempatan megunjungi salah satu destinasi wisata alam yang terbilang baru di kota saya, tepatnya di salah satu kecamatan kabupaten tetangga yang tidak jauh dari kota saya berdomisili, kecamatan Kuta Makmur Aceh Utara.
Air Terjun Rayap namanya, saya tidak tahu pasti mengapa air terjun ini dinamakan rayap, karena secara kata Rayap adalah jenis erangga yang biasanya mengkonsumsi kayu dan kertas.
Lain lagi halnya kosakata Me-rayap yang bermakna gerakan homo lateral atau satu arah. Tangan kiri maju, kaki kiri maju. Apakah kedua kata tersebut memiliki korelasi dengan air terjun ini saya juga tidak tahu pasti.
Namun panorama yang disajikan di wisata alam ini masih terbilang sangat alami sekali, air mengalir diantara bebetuan yang terbentuk dari proses alam dan suasana yang masih sangat asri sekali.
Masalah yang muncul adalah ketika destinasi wisata dibuka dan mengundang wisatawan lokal, sampah-sampah mulai berseliweran dimana-mana dan menjadi permasalahan baru. Kurangnya peraturan yang diterapkan dalam pengelolan tempat-tempat wisata jadikan destinasi-destinasi ini berakhir dengan tragis; sampah dimana-mana dan dapat merusak lingkungan kealamiannya.
Don't forget