Campur aduk menjadi satu, perasaan, pikiran, usaha, dan doa. Siapa, mengapa, dimana, entah sampai kapan. Apakah ini rasanya dewasa ataukah ini arti menjadi manusia. Memang ada apa dengan makna dewasa dan manusia? Bukankah anak-anak kecil juga manusia!
Waktu dijadikan hitungan akan jumlah berapa lama telah dilewati selama terlahir kedunia. Menalani hidup dengan penuh makna, namun bersama asa atau tidak nyatanya tetap akan dirasa. Jembatan ilmu menjadi pilar akan pengertian hidup serta ditemani dengan usaha. Apakah doa menjadi wajib dipanjatkan karena kenyataan diciptakan sebagai manusia.
Lirih menapaki setiap aliran nadi memang. Mengguncang dada hingga berdegup kencang mencari arti bahagia. Dimana?

Larut
Kalaupun setiap detik bisa diakumulasi dan diingat secara pasti, apakah akan ada makna serta langkah yang akan diambil menuju detik waktu kedepan nanti? Khilaf sudah biasa katanya karena manusia, walaupun itu jikalau mungkin tidak terjadi. Karena penyesalan akan rasa biasanya akan membekas lebih lama dibanding luka tersayat oleh duri tajam yang jelas menusuk hingga mengeluar darah yang terlihat mengalir walau tak sederas aliran arum jeram sungai dibahu gunung yang diselimuti kabut.
Cinta katanya bisa mengobati, namun banyak yang menangisi. Ketika perpisahan tiba sedalam apapun cinta itu terbentuk bukan karena penghiatan airmata mengalir, namun ternyata kematian yang menyebabkan tangis itu tak terbendung. Malang katanya nasib, padahal takdir jelas tertulis.
Menarik nafas sejenak, lalu terhembus kelapangan dada. Bukan hati, karena tasa itu taakan terobati dengan kata kerinduan yang dapat terobati. Andaikata pertemuan memang menjadi obat penghilang segala duka karena cinta, tentunya bahagia akan selalu tercipta dan tak akan terulang rasa merindu yang sering datang.
Cinta atau uang?
Mana yang sebenarnya yang menjadi pesakitan hati setiap detiknya. Kalau sakit menjadi pedoman kata dibalik rasa, apakah diantara keduanya mendatangkan kepastian rasa bahagia layaknya pelukan ibunda?
Sepertinya hanya doa dan nestapa yang bisa terlantunkan dalam bentukan kata ibadah mengisi kalbu hati. Toh, kematian akan darang dan pada akhirnya dirasakan seperti apa rasa penyesalan yang lebih disesalkan nanti.
-===-