Keheningan di Balik Salju di dekat Tembok Besar Cina
Keheningan di balik salju, saya mencomot kalimat dari sebuah novel karya Orhan Pamuk yang berjudul Snow—diterjemahkan menjadi Keheningan di balik salju di Indonesia. itulah yang saya rasakan pertama kali saat tiba di Beijing untuk melihat Tembok Besar Cina ketika melihat salju turun. Sebenarnya kami sengaja ke Beijing dari Wuhan bukanlah untuk melihat salju melainkan Tembok Besar Cina, namun saat kami pergi sedang berlangsung musim dingin. Kami menumpangi kereta dengan memakan waktu sekitar 4 jam ke Beijing. Setelah keheningan di balik salju yang saya rasakan saat melihat trembok Besar ini adalah sebuah ceramah dari seorang ustaz di Youtube yang mengatakan bahwa Tembok Besar Cina dibangun oleh Alexander the Great untuk menghalau atau mengurung God and Magod.
Saya rasa ini adalah hipotesa yang aneh, namun saya teap menghargai pendapat ustaz tersebut, bukankah God and Magod itu dikurung di balik gunung di Kaukasia(?) Ya sudah, lupakan masalah God and Magod ini.
Ada beberapa besar lainnya di dunia ini, misalnya Mesir, Yunani, Romawi, Persia, namun mengapa nabi Muhammad menyebut Cina secara khusus, saya tidak tahu apakah perkataan demikian adalah hadist atau bukan. Yang jelas, dunia berubah pesat ketika orang-orang Cina menemukan roda, kemudian dunia ini kembali berubah lebih canggih tatkala orang-orang Cina berhasil menemukan mesiu; bubuk hitam. Roda dan mesiu telah merubah peradaban dunia. Tanpa roda barangkali peradaban akan ngesot, tanpa mesiu, barangkali perang dunia pertama dan kedua masih menggunakan pedang, panah dan tombak.
Kami berada selama seminggu di Beijing saat musim dingin itu, liburan musim dingin namanya. Saat itu kami belum memulai pelajaran kampus, kami yang diajarkan bahasa dan pengenalan budaya serta cara beradaptasi selama satu setahun penuh, barulah di tahun kedua kami berada di Wuhan, kegiatan perkuliahan resmi dimulai.
Sementara saat itu kami sedang menikmati salju di seputaran Tembok Besar Cina, saya mengintip di beberapa statu FB, sedang marak kampanye menjelek-jelekkan Cina di Indonesia. Tidak usah pusingkan dengan itu, bisa jadi orang yang menulis sesuatu yang negatif di status Fbnya, malah memakai ponsel pintar produk Cina.
Ada sebuah lelucon mengenai Cina, kira-kira begini:
Pada mulanya Tuhan menciptakan bumi dan surga, setelah itu segala sesuatu dibuat di Cina
Saya rasa lelucon ini memang faktual adanya, kata salah seorang teman saya, jika semua orang memboikot produk Cina di Indonesia, maka mereka mesti memotong upih pohon pinang, lalu dijadikan timba untuk menimba air dan dijadikan piring sebagai tempat nasi dan lauk pauk, tentunya jika tidak mau bersusah payah membuat piring atau alat dapur dari tanah liat. Saat itu liburan musim dingin kami di Beijing memang sangat menyenangkan walau salju membekukan tulang sulbi. Jika benar jin diciptkan dari Api, maka mereka belibur ke Cina atau negera dengan iklim serupa saat musim dingin, maka jin itu mesti minum anggur hingga teler agar tidak membeku. Semestinya jin-jin yang beriman jika bepergian ke sini mesti membawa pakaian yang tebal, kompas dan peta agar tidak tersesat.
Apakah kalian berencana ingin berlibur ke Beijing? Jika demikian, maka keputusan kalian sangat tepat, begitu banyak tempat-tempat yang mengangumkan di Beijing, tentu saja harganya relatif jauh lebih murah. Lupakan sentimen komunis, Cina tidak benar-benar komunis, kok, komunis gadungan.ciri-cri khas negara komunis itu sangat tertutup untuk wisatawan, sementara pemerintah Cina berusaha dengan keras untuk mempromosikan pariwisata kepada orang-orang asing agar mereka datang ke sini.
Berikut di bawah ini saya lampirkan beberapa foto mengenai liburan kami di seputaran Temok Besar Cina:
