Haloo.. Sahabat Steem-Steemit dimanapun anda berada, senang untuk kita dapat bertemu kembali di hari yang berbahagia ini. Setelah beberapa hari kondisi cuaca yang selalu diselimuti awan tebal, sehingga tak kuasa menahan lalu berubah menjadi air dab jatuh butir demi butir sehingga membasahi bumi tempat kita berpijak saat ini. Oleh karenanya sangat besar harapan saya sahabat semua penuh persiapan dan dalam keadaan yang baik dalam beraktivitas di hari ini. Aaminn.!!
Sebagai perwakilan dari kantor tempat saya berkerja khususnya cabang Bener Meriah, beberapa hari yang lalu saya dan rekan-rekan team kerja melakukan perjalanan menuju kota Banda Aceh, dalam rangka memenuhi panggilan kerja.
Setelah dua hari disana, saya dan teman-teman kemudian melakukan perjalanan kembali untuk pulang menuju Kabupaten Bener Meriah, tepatnya malam minggu kemarin. Mengingat kondisi dijalanan yang sangat padat dan sudah barang tentun macet akan melengkapi perjalanan malam itu, kami memutuskan untuk berangkat dari sana dipertengahan malam saja, tepatnya pukul 24:00 kurang lebih untuk menghindari macet dijalan. Yang memang kebetulan saat itu disana sedang berlangsung sebuah acara akbar yaitu Festival Culinary dengan tema Look Good, Taste Good (Terlihat Baik, Dirasa Juga Baik) dan memang sangat luar biasa ramainya, karena sangat banyak dihadiri baik dalam daerah maupun luar daerah.
Mengingat waktu shubuh telah tiba, dan berhubung yang bertindak sebagai sopirnya juga saya, lalu saya sempatkan sejenak untuk singgah tepatnya sekitar pukul 05:30 Wib untuk melakukan sholat shubuh di Masjid Rahmatullah, sekaligus untuk meregangkan otot-otot yang telah kaku selama diperjalanan, yang terletak disalah satu desa Blang Rakal, meskipun, tidak sempat lagi untuk melakukannya secara berjamaah.
Menariknya.,, sampai-sampai menyempatkan momen ini untuk saya abadikan disini. Karena banyak hal dan kenangan manis yang telah berlalu dalam hidup saya di Masjid tersebut, apalagi yang memang, masjid tersebut berada didalam komplek (area) milik Pondok Pesantren Terpadu Nurul Islam itu sendiri, yang ada di dataran tinggi Tanoh Gayo, namun masjid tersebut juga sangat dibuka untuk umum.
Suasana dan hawa dingin yang menembus tulangku saat shubuh itu, ditambah banyaknya santri yang sedang menghafal hafalan yang sudah ditentukan, baik yang berada didalam maupun diluar masjid itu, juga seperti memaksa saya untuk mereview kembali kenangan itu, tepatnya kurang lebih sekitar 16 tahun yang lalu saat saya menjadi salah satu santri dari angkatan ke-3 yang termasuk golongan perintis saat itu. Sungguh.,, sangat banyak sekali hal-hal yang terjadi kala itu, sehingga tak mampu lari, menghilang dan berlalu begitu saja dari ingatan, KU dan Kawan-kawan santri lainnya.
Apalagi yang telah terjadi ditahun 2004 lalu, kala Gempa yang kemudian disusul oleh Tsunami mampu memporak porandakan Banda Aceh beserta isi, menyebabkan ribuan titis air mata dan jiwa yang dikorbankan sebagai bukti begitu kuat dan dahsyatnya bencana yang menimpa masyarakat Aceh. Begitupun Masjid Rahmatullah ini juga sebagai salah satu saksi bisu terhadap ganasnya bencana itu, yang membuat kami dan terbilang diusia yang masih dini, harus merasakan ketakutan yang begitu dalam. Perlindungan, kasih, dan sayang orang tua yang seharusnya saya dan kawan-kawan butuhkan, malah sebaliknya yang saya dan kawan-kawan rasakan, dimana kami harus bertahan dalam kesendirian, bahkan terkadang menangis dalam keheningan, karena kami jauh dari pandangannya.
Namun.,,, kini saya bersyukur atas semua yang terjadi dimasa-masa itu, dan oleh karena itu pulalah sehingga aku mampu menjadi seperti aku saat ini. Karena cukup banyak ilmu yang kugali dan resapi kala itu, sangat berguna untuk penopang bahkan sebagai pondasi untuk kugunakan berdiri saat ini, baik Duniawi maupun Surgawi.
Salam hangat,
@abdika0990
FOLLOW UPVOTE & RESTEEM