Sahabat steemian yang berbahagia.
Apakabar malam ini? semoga kita semua dalam keadaan sehat dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
Alam selalu saja menunjukan fenomena yang bisa kita lihat dan itu tentunya mengandung makna yang tersirat, atau pertanda akan sesuatu hal. Hanya saja, sejauh mana kita bisa membaca makna yang tersirat tersebut.
Salah satunya fenomena yang terlihat yakni adanya awan yang menyerupai Piring Terbang atau disebut juga UFO, seperti yang saya lihat di atas langit, Kabupaten Aceh Besar. Dimana, gumpalan awan yang memerah itu, terlibat bulat melingkar dan bagian bawahnya menjorok ke bumi, seakan menggambarkan pintu dari UFO tersebut.
Fenomena yang saya lihat dan rekam dengan menggunakan kamera telepon selular (smartphone) OPPO ini, terjadi pada menjelang magrib, Minggu 17 Maret 2019 atau sekitar pukul 18.48 hingga pukul 19.00 wib.
Fenomena ala mini baru menghilang seiring bekumandangnya adzan pada magrib tersebut dan saat adzan selesai berkumandang, fenomena awan yang menyerupai UFO tersebut juga menghilang.
Bagaimana, bentuk fenomena awan yang menyerupai UFO tersebut, silahkan lihat link youtube berikut ini:
fenomena awan berbentuk UFO ini, bukan pertama sekali terjadi di Indonesia ataupun di dunia, sebelumnya fenomena ini juga pernah terjadi di Semarang, Jawa Tengah, pada 8 Maret 2019. Dimana, akhirnya disimpulkan kalau Ternyata Awan Mirip Piring Terbang di Lawu Itu Awan 'Topi'.
Dalam penjelasannya di media tersebut diungkapkan bahwa, qwan yang mirip piring terbang yang muncul sore di Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah adalah awan Lenticuralis atau awan 'Topi'. Munculnya awan di Gunung Lawu yang berbentuk mirip piring terbang atau UFO itu sempat viral di media sosial.
Fenomena tersebut ternyata biasa terjadi di pegunungan dan terjadi pada sore hari. Awan jenis Altocumulus Lenticuralis, itulah 'topi' yang menghiasi puncak gunung Lawu sekitar pukul 17.10 hingga 18.00 WIB hari Jumat (8/3) sore.
Lalu, bagaimana dengan awan yang terlihat di Aceh Besar ini? apa komentar steemian semuanya?
Koetaradja, 18 Maret 2019
@catataniranda