Kini, bagi pekerja atau kuli yang menjadi buruh bagi para pengusaha, mengeluh adalah suatu yang lumrah didapati. Bagaimana tidak? Acapkali hak yang diperoleh sejauh ini belum sesuai dengan keinginan.
Hak kesehatan, hak jaminan hari tua, hak lembur, hak libur, hingga yang paling penting adalah hak untuk memperoleh kesejahteraan masih belum memuaskan. Padahal, jam kerja buruh lebih daripada cukup untuk disebut mirip robot.
Sudah lama kita tahu, banyak pekerja dimanapun berada merelakan waktu bersama keluarganya harus terpotong berjam-jam hampir setiap hari. Demi apa? Demi menyeimbangkan hidup!. Hidup itu butuh makan, makan itu perlu duit. Untuk mendapatkan duit, iya harus kerja.
Tapi apalah daya, mungkin itulah yang disebut pengorbanan. Demi mendapatkan sesuatu, kita harus mengorbankan sesuatu juga. Kasarnya, kita sama seperti mengganti keluarga untuk uang.
Bagian inilah yang perlu pekerja dan pemberi kerja sadari sedini mungkin. Jikalau mereka memiliki keluarga dan uang atau salah satu di antara keduanya, saya rasa tidak cukup sulit untuk memahaminya. Cukup ada rasa saling menghargai.
Pekerja menghargai pekerjaannya dengan mengingat betapa susahnya mencari kerjaan sekarang ini. Sementara di sisi lain pemberi kerja juga memberikan hak kepada pekerja yang telah bertanggungjawab. Meskipun, jarang ada yang berlaku demikian.
Oleh karena itu, stres karena kerjaan masih lebih baik daripada stres karena tidak punya kerjaan. Masih mending tertekan dengan porsi kerjaan yang semakin meningkat daripada bingung mau mengerjakan apa karena pengangguran. Tapi itu menurut saya, belum tentu sama dengan anda.
Terima kasih sudah mampir.
Salam pendidik.