Fase Keinginan Menikah - Semua akan Naik Linto pada Waktunya

_{Pendamping PKH Kecamatan Berfoto bersama Linto Baro (Mempelai Laki-laki)}

Nikah, sepertinya kata satu ini sudah sangat dipahami oleh setiap individu yang akil balig. Sebuah ikatan (akad) sebelum perkawinan yang dilakukan menurut hukum dan tatacara agama, dalam islam juga ada rukun khusus yang harus dipenuhi agar nikah itu sah, dari menghadirkan saksi, adanya wali, hingga rasa suka sama suka (tidak terpaksa).

Nikahpun ada berbagai macam, diantaranya:

Nikah fasid: Pernikahan yang tidak dapat dilaksanakan karena terbentur dengan aturan agama.
Nikah gantung: Nikah yang dilakukan sesuai syarak, tapi belim diresmikan oleh petugas yang nerwenang (suami istri belum tinggal serumah).
Nikah Siri: Nikah yang dilakukan dihadapan saksi dan adanya wali. Namun, belum tercatat di KUA.

_{Pisang merupakan salah satu diantara persembahan dari pihak mempelai laki-laki (tidak hanya pisang, juga ada kelapa muda, kelapa tua yang dihias, hingga tebu)}

Berbagai macam bentuk nikah, namun tenang, semua akan menikah pada waktunya.
Usia yang ideal untuk menikahpun bermacam-macam, jika kita sebagai umat islam atau laki-laki pada umumnya rasa keinginan untuk berkeluarga (menikah) muncul pada usia 25 tahun, dan menurut salah seorang dosen Olahraga Universitas Syiah Kuala Zulfikar, dan saya lupa akan referensi buku yang beliau baca, beliau menjabarkan fase-fase rasa ingin menikah dan juga menurunnya rasa keinginan menikah.

"Pada usia 25 sampai 30 tahun, seorang laki-laki sangat menggebu-gebu keinganan untuk membina rumah tangga (nikah).
Rasa itu sedikit menurun pada usia 30 sampai 40 tahun pada fase usia ini mereka seperti cuek dan lebih fokus mengejar ekonomi, tentang soal nikah na pih jeut hana pih hana that masalah (ada boleh, tak ada juga tak apa) ada di situ adalah adanya calon mempelai, jadi sepertinya soal nikah dia tidak begitu peduli lagi.
Usia 40 sampai 45 tahun pada usia ini muncul lagi keinginan untuk menikah, dan uniknya beliau berkata tidak hanya pada laki-laki yang masih lajang, keinginan itu juga muncul pada lelaki yang sudah berkeluarga, ya fase ini adalah fase ujian berat bagi seorang ayah dan suami dalam rumah tangga, tidak sedikit pula rumah tangga retak, tidak sedikit perceraian terjadinpada usia seperti ini, dan tentunya tidak sedikit para bapak-bapak menikah lagi pada usia ini. Dan bagi para lajang ini adalah fase terakhir tentang keinginan itu begitu dahsyat, dan tidak sedikit yang akan melajang selamanya setelah melewati fase ini".

Begitulah kata-kata yang sempat tercatat di buku saya dan juga pikiran saya.

_{Salah Seorang Tim PKH Kecamatan Bersama Bungkusan Peneuwoe (adat) salah satu bahan (berisi dari sendal jepit hingga sendal hak tinggi, dari baju dalam hingga baju luar kebiasaan berjumlah ganjil / 1-3 pasang sesuai kemampuan pihak linto) yang menjadi persembahan dari pihak mempelai laki-laki}

Sudah menikah atau belum menikah, tentu setiap kita memiliki alasan yang kuat, terlepas dari terbagikan dengan gamblang alasan itu atau tertutup rapi didalam hati, namun, saya yakin semua memiliki alasan itu.
Jika sudah mampu melangkahlah, jika belum.maka berpuasalah, agar MBA tidak terjadi, MBA bukanlah club bola basket namun itu singkatan yang pernah populer pada masanya Married By Accident atau disinggkat MBA.
Jangan memilih berlebihan karena yang sempurna seratus persen belum tentu ada, setiap kita memiliki kekurangan, jadikan kita sebagai penutup kekurannya, dan kekurangan kita akan tertupi olehnya (saling mengisi).

Bagi para lajang, dan sudah mumpuni atau mapan, jika mampu hayok mari bagikan photo anda sedang ijab kabul atau lagi duk linto baroe.

FOTO: Dokumen Pribadi | Saat antar Linto Tgk.Fajri (Salah seorang pendamping PKH Kec. Juli. Kabupaten Bireuen, Aceh)14/07/2018.
Semoga Langgeng sampai kakek nenek, diberikan keturunan yang shaleh & juga shaleha. (ingat usia 40-45 tahun).

THANKS FOR VISITING

Dengan Penuh Cinta: @jubagarang