Selamat menikmati hari bahagia steemian..
Sere tadi, setelah menyeruput kopi di kedai langganan simpang 3 kampung, aku beranjak pergi ke sawah untuk mengisi bahan bakar mesin air untuk pengairan sawah,disini belum terjamah irigasi, sehingga memaksa petani untuk lebih inovatif sehingga hasil panen tetap stabil walaupun tanpa irigasi.
Bahan bakar mesin sudah terisi penuh, saat nya pulang dan menununggu 5 jam kemudian untuk diisi kembali.
Ketika hendak menghidupkan sepeda motor, aku medengar suara orang meamanggil "Bang.. Bang.. Neujak keuno ile.. Neu pajoh boh timon.." ("Bang.. Bang.. Kemari dulu.. Makan buah mentimun..") aku menoleh ke ujung sudut kanan sawah dari tempat aku memarkirkan sepeda motor, disana ada Dolah pemilik kebun mentimun yang memanggil.
tanpa menjawab dan menunggu lama, aku segera ke lokasi.
Disana aku melihat beberapa orang pemuda sedang santai dan menunggu Agen (pengepul) mentimun yang akan mengambil hasil panennya hari ini.
Neu peot keudro aju bang, nyompat na sira keu neupajoh timon (petik sendiri aja bang, ini ada garam untuk makan mentimunnya). Dolah menawarkan.
Akupun langsung memetik beberapa mentimun muda yang berukuran kecil untuk kumakan sore itu.
Sebelum nya aku ingin mengapresiasi Dolah terlebih dahulu, Dolah adalah seorang pemuda kampungku yang rajin, hampir tak ada hari libur bagi dirinya, setiap hari dia menghabiskan waktu untuk bertani, baik itu padi, kacang panjang, terong, semangka maupun mentimun.
Bagi dia, lokasi bercocok tanam itu adalah wahana liburan yang tak kalah menariknya dari pada harus jauh-jauh ke luar kota. kalau liburan keluar kota, yang pasti kita menghabiskan uang, kalau liburan disini kita menghasilkan uang, begitu candanya saat kutanya "kapan kau liburnya kalau setiap hari panen begini?.
Ya, begitulah Dolah, seorang pemuda kampungku yang tak tamat sekolah namun mampu mempekerjakan beberapa karyawan di kebun miliknya.
Disana aku melihat ada banyak mentimun yang sudah dipetik, ada yang sudah dimasukkan ke dalam karung, dan ada juga yang masih diletakkan diluar karung, yang di luar karung tersebut rencananya tidak dijual ke Agen, rencana nya akan dipasarkan ke kedai-kedai kecil kampungku.
Lama menunggu, Agen (pengepul) pun tak kunjung datang, Dolah mengeluarkan handphone dari saku celana bermaksud untuk menelpon Agen, eehh.. pucuk dicinta, ulam pun tiba, ternyata lebih dahulu handphone Dolah berdering mendapat telpon dari Agen.
Dari pembicaraan mereka, terlihat raut wajah Dolah berubah, ia berbicara sembari mengkernyitkan dahi, kemudian ia memberi kode kepada karyawannya dengan bahasa tubuh yang pada saat itu belum ku ketahui maksudnya.
Setelah menutup telpon, Dolah bercerita, kalau Agen tadi menurunkan harga beli dari hari kemarin dengan berbagai macam alasan, kemarin dia membeli dengan harga Rp. 2.700,- / kg, hari ini rencana akan dibeli dengan harga Rp.2.000,- /kg. Karena Dolah bukan sosok yang gampang di kelabui oleh Agen, maka Dolah memilih untuk tidak menjual mentimunnya ke Agen tersebut, kemudian dia langsung menghubungi agen-agen pasar, dan mempertanyakan harga mentimun hari ini, dan informasi yang di dapat dari agen pasar sungguh mengejutkan, teryata harga mentimun dipasar dijual seharga Rp.6.000,- /kg.
Kemudian Dolah meminta kepada kartawayan nya untuk bersiap, rencana mentimun itu akan diantarkan langsung ke pasar, akan di ecer ke setiap kedai-kedai disana, sambil tertawa lirih Dolah berkata, "chit ka meunan Agen, item peunget sabe2 awak tanyoe" ("memang sudah begitu para Agen, tega mereka selalu menipu kita").
Dari lokasi ini aku mendapatkan banyak pelajaran, walaupun hanya untuk menjadi petani mentimun, kita harus memiliki mental kuat, agar tak terlindas oleh agen-agen yang menginginkan hasil banyak tanpa harus bekerja keras.
Salam..
@mc-jack