Khairil Miswar bukan lelaki biasa. Dia seorang guru yang aktif menulis dan telah punya buku. Selain itu, lelaki kelahiran 1981 itu adalah seorang pengagum Buya Hamka dan Daoed Bereueh. Keseharian, selain aktif mengajar di sebuah sekolah rendah, ia juga aktif mengumpulkan berbagai tulisan lama terkait dengan Persatoean Oelama Seloeroeh Aceh (Poesa). Ia juga mendirikan Poesa Institut.
Mahasiswa strata dua pemikiran Islam UIN Ar-Raniry itu merupakan seorang pemikir. Ia memilih tidak populer, dengan ragam pandangannya yang kerap berseberangan dengan keumuman orang Aceh. Alumnus Dayah Darussa'adah Gampong Cot Bada, Bireuen, adalah seorang pemikir yang sependapat dengan Hamka, Hasby dan ulama "pembaharu" lainnya.
Dia tipikal orang yang terang-terangan menapakkan pikirannya. Ia bukan tipikal picik yang bermuka dua. Dia siap berdiskusi, sesekali melayani debat terbuka dengan siapa saja yang hadir berdakwa-dakwi tanpa etika.
Bagi saya apa yang sering ia bahas, merupakan sesuatu yang berat. Berat dalam arti bukan saja secara materi, tapi juga secara sosial. Ia kerap disebut Wahabi. Tapi Khairil sendiri menyebut dirinya "Wahabi Liberal".
Di luar semua itu, dia adalah tipikal orang yang konsisten, dapat dipercaya dan teman ngopi yang asyik. Dia juga kutu buku yang lancar memahami bahasa Arab. Juga seorang yang mampu menulis Arab Jawi.
Untuk segala diskusi yang penuh khilafiyah, saya terus terang malas dan berat. Biar Khairil Miswar saja. Hehehehe.