Kebutuhan Anda terhadap sesuatu adalah sifat asli yang melekat pada Anda. Adapun sebab-sebab yang mengenai anda, merupakan tali pengikat yang tersembunyi dalam sifat asli Anda itu. Kebutuhan asli yang melekat pada diri Anda tidak dapat dihilangkan oleh sesuatu yang bersifat semantara.
Apabila nikmat menjadi suatu kelaziman bagi Anda, maka sebagai makhluk, membutuhkan akan sesuatu menjadi sifat yang melekat pada Anda. Butuh terhadap sesuatu merupakan sifat yang mendasar bagi kehidupan manusia, sekalipun ia kaya dengan wujud dua kenikmatan itu. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan Anda yang bersifat sementara, tidak bisa menghilangkan sifat asli pembawaannya, yaitu butuh. Sifat butuh itulah yang seharusnya membuka kesadaran seseorang dalam posisinya sebagai hamba Allah yang harus taat dan mengabdi kepada-Nya.
Adalah manusia ketika berada dalam kondisi lapang sering kali membuatnya lupa terhadap Allah yang menganugerahkan nikmat yang dirasakannya itu, sebagai hasil dari kekuatan dan kemampuan serta kepandaiannya. Oleh sebab itu, sebagai proses penyadaran baginya ia diberi musibah, seperti sakit, kehilangan harta, pekerjaan, orang yang dicintainya, rasa lapar, ketakutan dan lain sebagainya. Namun ketika kesulitan dan musibah itu di hilangakan dari padanya ia kembali lagi pada keangkuhan dan kesombongnnya, lupa bahwa yang menghilangkan dan melepaskan dari kesulitan itu adalah Allah swt.
Allah swt berfirman:
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu serukan kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalau tidak berterimakasih. (QS. Al-Isra':67).
Ketika akal orang-orang umum tidak mampu memahami kenikmatan yang besar yang dianugerahkan kepadanya itu, maka akan ditunjukkan kepada mereka kekuasaan dan keperkasaan Allah, sehingga dengan begitu semestinya mereka akan sadar bahwa mereka adalah sebagai hamba Allah yang sangat membutuhkan pertolingan dan anugerah-Nya.