Sering memperhatikan beragam debat di media sosial? Sering ya, barangkali juga pernah ambil bagian? Oh, tidak?! Ya sudah!
Semua debat yang terjadi secara terus menerus tidak akan pernah berakhir, walau secara momentum sudah pernah terjadi. Misalnya, soal tarawih 8 atau 20 rakaat.
Ini bukan soal debatnya. Debat, kontroversi, kejutan, selfi, dan lainnya, untuk saat ini, adalah cara kita menarik perhatian. Begitu pentingnya perhatian, sehingga banyak sekali ulasan dengan topik ekonomi perhatian, dan menempatkan perhatian sebagai aset, komoditi, dan juga sebagai uang.
Perhatiam adalah aset, komoditi, dan juga uang
Menurut saya, inilah salah satu alasan mengapa media sosial seperti facebook bisa begitu ramai peminatnya, dan masih akan terus bertahan meski ada skandal kebocoran data untuk kepentingan politik. Kecaman terhadap facebook juga menjadi bahagian dari cara menarik perhatian.
Photo twitter @StephenPKendal
Maka jangan heran bila facebook dan media sosial lain, termasuk google menerapkan beragam algoritma untuk membuat pemilik akun datang ke media mereka, termasuk beragam sapaan yang juga menggugah rasa haru kita.
Kitapun dengan senang hati meluangkan waktu untuk ambil bagian hadir di media sosial, bahkan ada yang tidak tidur hanya untuk merumuskan status yang diharapkan bisa bertuss.
Di media sosial, kita dengan senang hati bersedia tampil beda. Bahkan sangat berbeda dengan dunia nyata. Dan baru berhenti jika sudah dicari atau ditangkap aparat, atau sudah dikecam dan diancam oleh pihak lain.
Besarnya keinginan terhadap perhatian dan tidak mudah untuk menjadi diri yang diperhatikan, dengan sendirinya menjadi tambang emas bagi pemilik/pengelola media sosial. Kita berjuang untuk mendapatkan banyak pengikut, kita berjuang untuk tampil beda, bahkan rela tampil nekat.
By Unsplash
Kita kadang sadar akan hal ini, tapi karena sudah mencandui perhatian maka dengan rela kita menyerahkan ragam macam data yang kemudian dipakai pihak media untuk mengelola bisnis iklan mereka.
Ada orang miskin ingin diketahui bisa makan daging, lalu menguploadnya di media sosial. Ada juga orang kaya ingin diketahui sisi sosialnya lalu berselfi saat menyerahkan bantuan. Ada gubernur ingin diketahui kemurahan hatinya lalu membawa juru foto kemana-mana. Ada juga istri yang ingin dipuji cantiknya, berfoto dan mengupload ke media sosial. Dalam kajian ekononomi perhatian, semua perilaku itu menunjukkan bahwa perhatian sudah menjadi aset dan komoditi.
Jadi, yang langka sekarang bukan lagi lahan pertanian, sebab sudah ada industri yang bisa menghasilkan bahan makanan dilahan terbatas. Lalu, kelangkaan bukan lagi soal tenaga kerja sebab sudah ada banyak pengetahuan yang menghadirkan robot.
Pengetahuan/informasi juga tidak lagi langka, bahkan ada yang menyebut sudah berlimpah, dokumen data bahkan ada yang bilang sudah mengalahkan ledakan populasi. Begitu banyaknya dokumen sampai hadir meme buku yang jadi tangga menyentuh langit.
Nah, yang sangat dan makin langka saat ini adalah perhatian. Dan sayangnya tidak semua orang bisa menjadi seleb, meski semua berkesempatan tampil seperti seleb. Bagi yang bisa jadi seleb mendapat ragam tawaran, yang lainnya menawarkan untuk jadi perhatian.
Beruntungnya, ketika media sosial menarik ekonomi perhatian ke arah kiri (untung sendiri) hadir cryptocurrency yang sedang berupaya menarik ekonomi perhatian ke kanan (berbagi untung).
STEEM adalah cryptocurrency yang akan mendistruptif model ekonomi perhatian dari media yang otoriter ke media yang dibangun di atas blockchain Steem. Dengan begitu, perhatian dan waktu yang kita berikan, tidak lagi sia-sia, dan bukan pula sekedar untuk menghadirkan kontroversial sebab dari waktu ke waktu peran kurator konten akan menjadi penjaga gawang informasi sehingga peluang menemukan konten berkualitas/bernilai tinggi akan makin dimudahkan, termasuk untuk menemukannya. []