Assalamu'alaikum, sahabat Steemit.
Setelah sekian lama vakum, akhirnya semangat kembali membuncah setelah berbincang dengan salah seorang teman yang baru bergabung di Steemit, kak @rikanurrizki.
Beberapa waktu kemarin, aku begitu kacau, galau, dan sering meracau tak tentu. Sebagai seorang ibu muda dari seorang anak laki-laki, Rifqy, yang berumur 23 bulan, tentunya masih begitu rapuh. Apalagi ketika anak sekecil itu mengalami serangan virus campak atau morbilli. Sekilas mundur, saat aku melahirkan Rifqy tahun 2016 lalu, saat itu sedang marak-maraknya berita tentang vaksin palsu. Spontan, aku yang belum banyak pengalaman dan masih belajar dari pengalaman orang lain, merasa takut dan ragu untuk memvaksin Rifqy. Setelah berdiskusi dengan suami dan berbagai pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk tidak memvaksin Rifqy.
Waktu berlalu, dan Rifqy sekarang hampir genap 2 tahun. Bulan Februari lalu, aku dan suami memutuskan untuk memasukkan Rifqy ke PAUD, akan tetapi hanya halfday. Sebelum jam makan siang biasa kami sudah menjemputnya. Kebetulan di PAUD tersebut, ada anak yang sepertinya terserang campak. Aku mengetahuinya setelah mendengar percakapan orang tua anak tersebut dengan guru PAUD. Dari situ aku langsung khawatir karena aku tahu bahwa virus campak itu sangat menular, terutama lewat pernafasan. Kekhawatiranku sangat beralasan karena Rifqy tidak pernah mendapatkan vaksin campak yang biasa include dalam vaksin MMR (Measless, Mumps and Rubella).
Berselang beberapa hari setelah itu, Rifqy mengalami demam hingga 39,4°C. Mulai muncul ruam kemerahan di wajah, leher dan belakang telinga.
Demamnya turun setelah pemberian Paracetamol, akan tetapi naik lagi setelah kerja obat habis. Rifqy pun kami bawa ke dokter spesialis anak di kawasan Peunayong. Dan benarlah dugaanku, Rifqy terserang virus campak. Aku pun izin tidak masuk kerja selama 3 hari.
Keesokan harinya setelah mengonsumsi obat dari dokter, keadaan Rifqy tidak banyak berubah. Sepanjang pagi dan siang demamnya masih naik turun. Akhirnya aku menghubungi dokter tersebut via telepon, dan setelah berkonsultasi, beliau menyarankan agar Rifqy dirawat di RSUZA tempatku bekerja.
Karena aku dan suami tidak tega jika Rifqy harus "terkena" jarum infus, kami pun menunda membawanya ke RS.
Menjelang malam, Rifqy mulai rewel dan tidak mau minum sama sekali. Bahkan seteguk pun tidak. Tanda-tanda dehidrasi pun muncul mulai dari urinnya sangat sedikit, mukosa bibirnya sangat kering, dan rewelnya tidak seperti biasanya. Aku pun panik. Maka pukul 04.00 kami membawanya ke IGD RS Harapan Bunda. Dokter menjelaskan bahwa Rifqy harus dirawat, karena dehidrasi. Intake dari mulut tidak cukup karena virus Campak menyebabkan permukaan saluran cernanya teriritasi, untuk menelan air liur saja sangat perih apalagi minum dan makan. Aku pun menghela nafas panjang. Dan Rifqy pun diinfus. Sangat tidak tega melihat tangan mungilnya ditusuk jarum. Ditambah proses pengambilan darah dan tes alergi antibiotik (skintest). Hanya kata "aduhh" yang keluar dari bibir mungilnya. Ternyata jagoan kecilku bermental baja, tidak cengeng dan justru dia yang menguatkanku untuk tidak menangis melihatnya diinfus. Di tengah kesakitan yang dirasakannya, dia masih bisa membuat perawat tertawa dengan tingkahnya. I do love you, neuk.
Rifqy pun dirawat di Rumah Sakit selama 4 hari. 4 hari bermakna yang membuat aku benar-benar sadar bahwa anak adalah titipan paling berharga yang harus dijaga. Dan sekoyak apapun hati ketika cobaan menerpa, tetaplah tersenyum, berdoa dan berpikir positif. Sebagai orangtua muda yang jauh dari keluarga besar, harus menguatkan bahu satu sama lain untuk bersandar menghadapi dunia. Dan yakinlah bahwa pertolongan apapun yang datang, adalah dari Allah. Maka berhentilah berharap banyak pada manusia. Karena Allah sebaik-baiknya penolong.
Alhamdulillah sekarang Rifqy telah sehat, dan ceria kembali. Dan banyak PR untukku selesaikan agar Rifqy ku terus jadi anak shalih yang sehat dan cerdas, serta lembut hatinya. Seirama namanya, Rifqy Abqary Hamid.