
dalam debar
terasa begitu hambar
di lembar-lembar kertas
huruf-huruf kembar
kueja kata, tapi tak terbaca
sepasang mata, menatap tajam
mencabik nyali, gagapku gugup
sang eksekutor
dengan wajah beku
dalam tatap sinis
tak sabaran
mencari salah
dari lembar-lembar kertas di tanganya
lalu
aku ingin menangis
tapi dimataku hanya ada kemarau,
kering,
meranggas,
satu jam, dua jam, waktu terasa begitu lambat
sebuah pelukan
menyadarkan ku
sudah berakhir
tunggu saja hasilnya
kata sang eksekutor
aku pasrah,
keluar ruangan
sambil menjinjing jantungku yang lepas



