Kami adalah kelompok guru yang tergabung dalam komunitas guru Biologi yang ada di kota Lhokseumawe
We are a group of teachers who are members of the community of Biology teachers in the city of Lhokseumawe.
Ini adalah catatan dari perjalanan observasi tumbuhan yang telah kami lakukan ke beberapa tempat yang ada di Aceh Tengah.
This is a record of the observations we have made to several places in Central Aceh.
Dari hasil observasi tumbuhan hutan yang ada di kawasan Aceh Tengah, kami menemukan keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat tinggi
From the results of observations of existing forest plants in the region of Central Aceh, we found the diversity of species of plants are very high.
Mulai dari Jamur (fungi), Bryophyta (lumut), Ptriodhopyta (tanaman paku), dan Spermathopyta, (tumbuhan berbiji) mulai dari yang berbiji terbuka (Angiospermae) sampai yang berbiji tertutup (Gymnospermae), dapat kita jumpai. seperti Pinus merkusii. Meskipun ada penurunan keragaman dalam beberapa tahun terakhir.
Starting from Mushroom (moss), Bryophyta (fungi), Ptriodhopyta (nail plant), and Spermathopyta, which are open seeded (Angiospermae) and covered seeds (Gymnospermae, such as Pinus merkusii. Although there is certainly a decline in diversity in recent year.
Kawasan Aceh tengah terletak di dataran tinggi dengan iklim sejuk, terutama di malam hari. Menjadi tempat yang sangat memungkinkan untuk hidup berbagai jenis tanaman yang tidak ditemui di daerah lain, seperti Lhokseumawe yang terletak hanya beberapa meter di atas permukaan laut. Misalnya ordo Cyatheales. (semua jenis paku tiang atau paku pohon).
The central Aceh region is located on a plateau with a cool climate, especially at night. Being a very likely place to live some kind of plant that is not encountered in other areas, especially in Aceh like Lhokseumawe located just a few meters above sea level. For example ordo Cyatheales
Terjadinya perubahan iklim yang dratis di kawasan ini, terutama akibat adanya ladang berpindah, pengembangan kawasan pemukiman penduduk, penebangan liar, atau hilangnya hutan pinus yang dulunya mendominasi beberapa kawasan seperti Blang Rakal, Burni telong, Peunarun, Linge, Isak, Pantan Nangka, Lumut dan Bintang serta kawasan lainnya di dataran tinggi Gayo.
The occurrence of degradable climate change in this region, mainly due to shifting cultivation, the development of residential areas, illegal logging, or the loss of pine forests that formerly dominated several areas such as Blang Rakal, Burni telong, Peunarun, Linge, Isak, Pantan Nangka, Lumut and Stars and other areas on the Gayo highlands.
Saya pernah ikut dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pinus di lokasi yang telah saya sebutkan di atas bersama peneliti lain yang tergabung dalam (Lit-Bang) PT In-Hutani merasa sangat sedih dengan hilang hutan-hutan pinus yang dulunya merajai hutan-hutan di dataran tinggi Gayo.
I participated in the pine plant research and development activities in the location.
I mentioned above with other researchers who are members of PT In-Hutani (Lit-Bang) i feel very sad about the loss of pine forests that once dominated the forests on the Gayo highlands.*
Catatan:
Sumber gambar merupakan hasil documentasi pribadi, diambil dengan menggunakan camera Oppo F1 Plus
Image source is the result of personal documentation, taken using camera Oppo F1 Plus
