Dulu, aku pikir orang baik adalah orang yang patuh.
Yang hadir di rapat walau sedang mengulang ujian.
Yang diam walau merasa tidak sepakat.
Yang tetap bertahan, meski tahu dirinya sedang diperas habis-habisan.
Aku pernah begitu.
Masuk organisasi dengan niat belajar dan memberi.
Tapi yang kutemui bukan tempat bertumbuh, melainkan tempat tunduk.
Yang tidak selalu hadir dianggap tidak loyal.
Yang bertanya dianggap membangkang.
Lalu aku keluar.
Atau lebih tepatnya—dikeluarkan.
Lucu ya.
Katanya wadah berkembang, tapi nyatanya cuma menghargai mereka yang terus tampil, walau pikirannya kosong.
**Katanya tempat saling dukung, tapi ternyata hanya mendukung mereka yang tak berani berbeda.
**
Aku sempat marah. Tapi lebih dari itu… aku sedih.
Karena selama ini aku memaksa diri untuk tetap tinggal di tempat yang tak lagi bisa kusebut rumah.
Sekarang, aku menulis.
Bukan untuk menyindir. Bukan untuk memaki. Tapi untuk berdamai.
Karena hidup bukan soal menjadi kesayangan banyak orang—tapi tentang mengenal siapa dirimu, walau kau sendirian.
Aku tidak diinginkan di sana.
Tapi akhirnya... aku disambut oleh diriku sendiri.
Dan...Siapa sangka dari yang di buang aku justru bertumbuh.
Mungkin.. bukan aku yang salah tempat tapi tempatnya yang salah menilai.