Kita pernah saling mendoakan.
Kau ingat bukan, kita pernah saling mendoakan agar bersatunya kita dia mudahkan.
Kau ingat bukan, kita pernah saling mendoakan dengan doa yang sama tak lain agar waktu menjadi tentu dari segala harap yang masih abu.
Namun ternyata doa kita diakhiri semesta, doa yang sama sekarang menjadi berbeda, doa yang dulu penuh harap padanya sekarang menjadi doa yang begitu ikhlas menerima ketetapannya.
Waktu ternyata belum menyetujui kita untuk bersatu
Lagi-lagi rinduku tak bertuan kembali, apakah kau tau tentang doa ku ? Apakah kau tak penasaran, dia masi sama atau telah berbeda ?
Hmmm tenanglah, kamu masih menjadi sesuatu yang ku perbincangan kan diam-diam dalam doa yang mendalam. Tentang mu masih menjadi alasan ku kenapa aku masih menulis perihal cinta, kepadanya masih aku meyakini tentang harap kita yang tertunda.
Benar.. ia masih sama, tak sedikitpun berbeda.
Sebentar..
Lalu bagaimana denganmu?
Kau pun sama sepertiku atau sudah berbeda 180* ?
Jika memang berbeda, siapakah wanita yang beruntung itu yang akan menemani hari-harimu, hari-hari dari lelaki yang namanya tak mempunyai kesempatan untuk ku lupakan.
Siapakah wanita yang sekarang mengisi doa-doa mu, doa dari lelaki yang kuharapkan menjadi imamku, siapa wanita yang akan satu shaf dibelakangmu, dibelakang laki-laki yang diri ini pun berharap ada di belakang nya ketika sholat, dan mengAminkan setiap doa yang terpanjat.
Siapa wanita itu ?
Namun tak apalah, jika memang engkau sudah menemukan, lagi pula ini bukan sebuah kesalahan, aku turut bahagia atas pertemuan mu dengannya dan sampaikan pada wanita mu itu, bahwa dia begitu beruntung telah berhasil menjadi khumaira-mu.
Dari ku, perempuan yang pernah kau perjuangkan tetapi belum sempat tergenap kan ❤️