Jet tempur F-16 Israel menjelang tengah malam 22 Juli 2002 menghujani kawasan El-Daraj dengan bom yang membangunkan Ibrahim -seorang anak berusia 14 tahun- dari kawasan tersebut menjelang tengah malam. Saat itu, Ibrahim sedang tertidur lelap bersama saudara laki-laki dan saudara perempuannya di dalam satu kamar. Sontak saja Ibrahim tekejut dan terbangun dari tempat tidurnya oleh ledakan bom dari jet tempur F-16 Israel. Dia mengira terjadi gempa bumi akibat dari goncangan yang dirasakan. Dia berlari keluar dari ruangan kamar dalam keadaan gelap dan terjatuh, tersandung sesuatu di lantai. Sesuatu yang dirasakannya lembut dan hangat, daging manusia.
sumber foto : oneiraqnews.com/admin/upload/irq_891319440_1508848078.jpg
Dengan penerangan seadanya dari cahaya lilin dalam keadaan gelap karena tidak ada listrik, Ibrahim Melihat bahwa tangannya penuh dengan darah, dia panik dan mulai mencari saudara-saudaranya, namun tak seorangpun yang dia temukan. Dalam getirnya malam itu, dia mencoba mencari jalan keluar rumah menelusuri jejak kebisingan seringai ambulance di luar dan melihat beberapa mayat yang tergeletak di pinggir jalan.
sumber foto : islamtimes.org/images/docs/000562/n00562302-b.jpg
Sejak serangan itu, Ibrahim menderita Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang juga diderita oleh 54% anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Dia menolak untuk pulang ke rumah, atau bahkan mendatangi daerah tempat tinggalnya. Dia tidak bisa tidur di malam hari dan sepanjang malam selalu panik dan ketakutan. Ibrahim menolak memakai baju tidur dan tetap mengenakan sepatunya saat tidur, alasannya sangat sederhana “agar dia bisa berlari keluar jika ada serangan Israel lagi.
Note : foto hanya ilustrasi
Thanks to :
