setelah magrib tadi seorang sahabat mengajak untuk ngopi disebuah warung pinggiran kota banda aceh.
sahabat saya ini sangat suka meu “hiem” atau tebak-tebakan ringan sambil sesekali saya juga berusaha membalas tebakannya.
ada satu tebak-tebakan yang menggelitik ketika dia bertanya
sahabat : “ikan, ikan apa yang paling ganas ?”
saya : “ikan piranha !”
sahabat : “salah!”
saya : “ ga mungkin”
sahabat : “iya salah, yang benar adalah ikan gabus!”
saya : “kenapa ?”
pertanyaan saya dibiarkan menggantung sesaat sambil di tariknya asap rokok dalam dalam.
kemudian dia menjawab sambil tersenyum “piranha itu hanya memakan /memangsa hewan atau mahluk lain, tapi tidak dengan sesama piranha, nah kalau gabus itu terkadang dia memangsa sesama gabus yang lebih lemah atau bahkan induknya memakan anaknya kalau sudah tidak ada makanan lainnya.”
Dihisap lagi dalam-dalam rokoknya sambil melepas nafas putih dia berkata “lage bace di poh le ngon jih.”
ujar sahabatku sambil tersenyum simpul sambil mengambil kutipan “hadih maja”.
Hadih maja merupakan kata kiasan yang sering dipakai oleh orang tua aceh dahulu kala dalam mengungkapkan sebuah perumpamaan atau menafsirkan sesuatu dengan katakata tersirat.
sahabat saya ini sering sekali menang dalam tebak-tebakan. tapi menurut saya dia lebih cocok jadi pengamat ikan
dan akupun diwajibkan untuk teraktir dia segelas kopi pancung kesukaannya karena tidak berhasil menjawab tebak-tebakan sahabatku tadi.
Dalam perjalanan pulang, ditemani vespa tua aku kembali merenung karena terngiang ditelinga kutipan hadih maja dari sahabatku itu.