Mengulik tentang Pidi Baiq, sosok yang menciptakan Dilan dan Milea. Kisah cinta sepasang remaja yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Pidi mengambil latar cerita Bandung, kota kelahiran dan tempat tinggalnya, era 1990an. Bapak dari dua orang anak ini selalu berbincang dengan penuh guyonan, ia mengaku hanya serius pada dua hal, yaitu shalat dan zakat. Guyonan tersebut melekat pada tokoh yang ia kisahkan, Dilan : Dia adalah Dilanku Tahun 1990, Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1991, dan Milea : Suara dari Dilan. Ketiganya menjadi bestseller di tanah air.
Baginya, menulis merupakan proses yang mengalir alami. Ia tidak pernah berpikir bahwa menulis harus memakai konsep, gaya penulisan, apalagi mebuatnya menjadi karya yang bagus. “Yaaaa kalau bagus , tidak saya jual buku itu”, (dikutip dari Wikipedia bahasa Indonesia). Menjadi sangat menarik bagi saya itu adalah saat tulisan tanpa beban yang membuat kata terus mengalir hingga deras membawa semua pembaca “harus” ikut menyelesaikan cerita.
Sahabat Steemit, Hari ini saya yang baru saja makan jeruk, hanya fokus membahas satu edisi buku Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Dilan Sang peramal, unik dan tidak bisa ditebak adalah dirinya. Terlalu banyak tutur kata Dilan yang membuat gelak tawa Milea menghiasai hari (pada masa itu).
Sedikit mundur mengawali pertemuan Dilan dengan Milea. Ayah Milea yang berprofesi sebagi prajurit TNI Angkatan Darat, dipindah tugas ke Bandung, sehingga Ibu, Milea, Adik bungsunya, Bibi dan semua barang-barang di rumah pun jadi ikut pindah. Masuk sekolah yang sama dengan Dilan di Bandung adalah takdir mereka menuai cinta. Dilan dimunculkan pertama kali saat Milea yang baru saja turun dari angkot, berjalan kaki ke gang sekolah. Dilan menghampiri dan menyapa Milea dengan motor CB 100.
“Kamu Milea ya?, aku meramal suatu saat, kamu akan naik motorku”!
Awal percakapan peramal aneh dimulai hingga berlanjut sampai obrolan melalui telepon yang terkadang bukan Milea yang diajak ngobrol, tapi si Bibi yang hanya sekedar menggurau malah membuat Bibi ketawa dan betah lama-lama nerima telepon dari Dilan. Demi mendekati Milea, Dilan rela naik angkot bersama Milea.
“Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja”. Demikian ucapnya.
Itulah Dilan, selalu memiliki kemampuan luar biasa untuk membuat Milea senang dan berakhir dengan tawa. mengirim coklat melalui pengantar surat kabar ke rumah Milea, mengirim tukang pijit (Bi Asih) saat Milea sakit (karena tahu bahwa dirinya tidak mungkin memijit Milea) hingga memberikan kado ulang tahun Milea, berupa TTS.
Hah?.
TTS?.
"SELAMAT ULANG TAHUN MILEA, INI HADIAH UNTUKMU, CUMA TTS. TAPI SUDAH KUISI SEMUA. AKU SAYANG KAMU..AKU TIDAK MAU KAMU PUSING KARENA HARUS MENGISINYA, DILAN!"
Kado yang aneh. Memang. Makin lama, hal itu makin membuat Milea jatuh cinta dan masuk ke lubang cinta yang jauh, padahal saat itu, status Milea masih pacarnya Beni. Beni berwajah tampan dan jenius membuat semua guru menyenanginya. Berbeda 180 derajat dengan Dilan si gengster (sebutan dari Milea) yang pernah menghantam hingga babak belur guru dan temannya.
Tapi...sikap kasar Beni juga berbalik dengan sikap baiknya Dilan terhadap Milea, cara Dilan menjaga Milea, hingga Milea merasa dirinya aman dari lingkungannya. Tentu saja hubungan Milea berakhir putus. Putus dengan siapa?. Ya, dengan Beni.
Kedekatan juga merambat ke keluarga Dilan, terutama Bunda Dilan yang sangat penasaran ingin bertemu Milea. Hal yang sama ikut dirasakan oleh Ibu Milea, untuk mengobati penasaran kedua orangtua mereka, maka Milea memperkenalkan Dilan ke Ibunya dan Bunda Dilan mengajak Milea jalan-jalan, tepatnya makan siang bersama..oh ya lupa,Wati, sepupu Dilan sekaligus teman baik Milea juga ikut.
Tentu kisah remaja ini diringi gelak tawa dan air mata, namun berakhir dengan satu kata, yaitu “jadian”.
Dilan dan Milea sah nikah?
BUKAN.
Sah “PACARAN”. Hehe..
Tak hanya ikrar, tapi mengikat dalam surat tertulis dibubuhi tanda tangan di atas materai.
Ramalan Dilan saat pertama ketemu Milea benar terjadi, akhirnya Milea naik motor CB100 Dilan. "Mau kemana?", tanya Milea. "Ke KUA?, hanya sampai halaman kantor KUA saja, pemanasan". Ketus Dilan.
Postingan berikutnya “Dia Adalah Dilanku Tahun 1991”, akan saya buat besok pagi , eh malam, eh, kapan sempat nulis. Hehe..
Salam